KEPUASAN
KERJA
Berdasarkan
materi yang saya dapatkan terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan definisi
kepuasan kerja, diantaranya:
·
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai
sikap umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah
karyawan. Karyawan dapat menilai seberapa puas atau tidak puas dirinya dengan
pekerjaannya.
·
Kepuasan kerja juga dapat digambarkan
sebagai keadaan emosional karyawan yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu
antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau organisasi dengan
tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan
(Martoyo, 2000: 142).
·
Menurut Wexley & Yukl (1997: 105)
dalam Hunt et al (1985) kepuasan kerja adalah “the way an employee feels about
his her job”. Ini berarti kepuasan kerja sebagai “perasaan seseorang terhadap
pekerjaan”, yang nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan
segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan pekerjaannya. Kepuasan kerja
merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara
keseluruhan memuaskan kebutuhannya.
·
Kepuasan kerja juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan emosional karyawan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang mana para karyawan memandang dari sudut pandang pekerjaan
mereka (Handoko, 2001: 14 193).
Berdasarkan
definisi tentang Kepuasan Kerja yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh
diatas saya dapat menyimpulkan bahwa, kepuasan kerja adalah sebagai sikap umum
individu terhadap pekerjaannya yang dapat digambarkan sebagai perasaan atau
keadaan emosional karyawan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang
terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan
dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan yang mana para karyawan memandang
dari sudut pandang pekerjaan mereka yang nampak dalam sikap positif karyawan
terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan pekerjaannya sebagai
suatu keadaan emosional karyawan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
merupakan suatu sikap berupa keadaan emosional yang ditunjukkan karyawan antara
nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan yang memang diinginkan oleh
karyawan yang bersangkutan.
Adapun
variabel-variabel yang menentukan kepuasan kerja yaitu, kerja yang secara
mental menantang, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan sekerja yang
mendukung yang membentuk suatu komitmen bersama. Katzel menyatakan bahwa
karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang secara mental menantang. Pada kodisi
tantangan yang sedang kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan
kepuasan (Cranny dan Stone, 1992: 66 dan Juliandi, 2003: 184).
Terdapat
Tiga macam Teori Kepuasan menurut Wesley & Yulk (1997: 186) :
1) Discrepancy
Theory Teori ini dipelopori oleh Porter (1961: 117). Porter mengemukakan bahwa
untuk mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa
yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
2) Equity
Theory Prinsip teori ini adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak
puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas
sesuatu atau faktor penentu. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi
diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,
maupun ditempat lain (As’ad 1995: 125). Teori ini mengidentifikasikan elemen
equity meliputi tiga hal, yaitu :
1) Inputs
: Segala sesuatu yang berharga dirasakan karyawan sebagai masukan terhadap
pekerjaannya (misalnya ketrampilan dan pengalaman, dll).
2) Outcomes
: Segala sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai hasil dari pekerjaannya
(misalnya gaji, insentif, dll).
3) Comparisons
Persona : Perbadingan antara input dan outcomes yang diperolehnya.
3) Two Factor Theory Teori yang
dikemukakan oleh Hezberg pada prinsipnya mengemukakan bahwa kepuasan kerja dan
ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak meruapakan variabel yang continue
(As’ad, 2003: 108). Berdasarkan hasil penelitian Hezberg membagi situasi yang
mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu :
1) Kepuasan Intrinsik atau motivator,
faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan yang
terdiri dari : prestasi (achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan itu
sendiri (work it self ), tanggung jawab (responsibility) dan pengembangan
potensi individu.
2) Kepuasan Ekstrinsik atau hygiene
factors, yaitu faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan,
seperti : Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and
administration), supervision tehnical, upah (salary), hubungan antar pribadi
(interpersonal relations), kondisi kerja (working condition) job security dan
status.
Faktor
Kepuasan Kerja
Banyak
perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, atau gaji merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika perusahaan sudah memberikan
gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawan sudah puas. Kepuasan kerja karyawan
tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor lain yang mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan.
Menurut
pendekatan teori Maslow tentang kebutuhan manusia, bila dilihat dari hierarki
kebutuhan manusia, dapat disimpulkan bahwa kompensasi atau penghargaan yang
diberikan kepada karyawan dalam bentuk material, dalam hal ini gaji merupakan
kebutuhan manusia atau karyawan yang terendah.
Menurut
Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah
keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali
terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang
dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental (Locke, 1976: 309).
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah kesempatan maju, keamanan kerja, gaji,
perusahaan dan manajemen, faktor intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek
sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas ( As’ad, 2003: 128).
Sementara
itu menurut Burt, beberapa faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja (As’ad,
2003: 195) adalah :
1.
Faktor hubungan antar karyawan :
a.
Hubungan antara manajer dengan karyawan
b.
Faktor fisik dan kondisi kerja
c.
Hubungan sosial diantara karyawan
d.
Sugesti dari teman sekerja
e.
Emosi dan situasi kerja
2. Faktor individual, yaitu yang
berhubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaannya, usia seseorang sewaktu
bekerja, dan jenis kelamin.
3.
Faktor luar, yaitu yang berhubungan dengan keadaan
CONTOH
KASUS
Disebuah
stasiun televisi, untuk membuat suatu acara televisi dimana pemimpinnya
membagikan tugas secara merata kepada semua karyawannya baik yang dibidang
kreatif, kameramen, peƱata acara, editor dll yang terlibat dalam pembuatan
suatu acara semua diberikan tugas dengan porsi yang sama yang sesuai dengan
bidangnya masing – masing sehingga semuanya tidak terdapat perasaan tidak adil
antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain sehingga karyawan atau
pekerja mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif, dapat saling bekerja
sama dan menjaga hubungan baik antar karyawan sehingga dapat menghindari
konflik antar karyawan demi untuk tujuan bersama agar acara atau program tv
tersebut dapat berjalan dengan lancar dan disukai oleh penonton televisi dan
apabila acara tersebut berhasil dan diterima oleh masyarakat maka pemimpin
memberikan reward kepada karyawannya karena tugas yang diberikan kepada
karyawannya dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga karyawan menjadi
termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan lebih baik lagi.
Disamping
itu pemimpin dapat memberikan suatu tantangan yang baru yang lebih fres kepada
karyawannya, apabila karyawannya mampu memberikan ide – ide yang kreatif dalam
membuat program – program tv yang berbeda dari stasiun televise lainnya maka
pemimpin hendaknya memberikan sesuatu yang dapat membuat karyawan tersebut
merasa dihargai sehingga akan semakin mengembangkan kemampuan karyawan dan
tentunya akan menguntungkan juga bagi stasiun televisi tersebut. Disamping itu
seperti pada acara – acara ulang tahun stasiun televisi tersebut para karyawan
atau kru dilibatkan dalam acara dengan bernyanyi bersama diatas panggung,
diliput, sehingga dapat mengurangi kejenuhan yang biasanya hanya terlibat
dibelakang layar tetapi pada moment – moment tertentu mereka disertakan dan
masuk dalam acara tersebut sehingga memberikan kesegaran baru bagi karyawan.
ANALISIS
Menurut
saya dari contoh kasus diatas pemimpin telah membuat suatu pekerjaan menjadi
adil dan menarik dengan caranya yang membagi tugas-tugas secara merata kepada
seluruh karyawannya hingga tidak adanya rasa iri ataupun rasa berat hati
mengerjakannya karena telah sesuai dengan pembagian yang merata dan reward kepada
karyawannya karena tugas yang diberikan kepada karyawannya dapat berjalan
sesuai yang diharapkan sehingga karyawan menjadi termotivasi untuk mengerjakan
tugas dengan lebih baik lagi, Selain itu karyawan juga merasa dihargai karena
mereka juga ikut tampil dalam acara tersebut. Maka dapat disimpulkan dari
contoh kasus diatas dengan adanya keadilan, Reward, dan sikap menghargai semua
karyawan memiliki kepuasan kerja. Dapat dilihat dari cara mereka yang bisa
menjalankan tugas dengan baik, kondusif, dan berjalan lancar. Selain itu mereka
juga tetap mengembangkan ide-ide baru mereka.
SUMBER:
http://e-journal.uajy.ac.id/1576/3/2EM16332.pdf
Sabtu, 07 Januari 2017 13.36 WIB
http://www.tvone.co.id/arsip/view/25810/2009/10/19/karyawan_kepuasan_kerja/Minggu,
08 Januari 2017 13.27 WIB