Sabtu, 07 Januari 2017

KEPUASAN KERJA

KEPUASAN KERJA
Berdasarkan materi yang saya dapatkan terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan definisi kepuasan  kerja, diantaranya:
·         Kepuasan kerja didefinisikan sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya (Robbins, 2006). Dalam hal ini adalah karyawan. Karyawan dapat menilai seberapa puas atau tidak puas dirinya dengan pekerjaannya.
·         Kepuasan kerja juga dapat digambarkan sebagai keadaan emosional karyawan yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan (Martoyo, 2000: 142).
·         Menurut Wexley & Yukl (1997: 105) dalam Hunt et al (1985) kepuasan kerja adalah “the way an employee feels about his her job”. Ini berarti kepuasan kerja sebagai “perasaan seseorang terhadap pekerjaan”, yang nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.
·         Kepuasan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan emosional karyawan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang mana para karyawan memandang dari sudut pandang pekerjaan mereka (Handoko, 2001: 14 193).
Berdasarkan definisi tentang Kepuasan Kerja yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas saya dapat menyimpulkan bahwa, kepuasan kerja adalah sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya yang dapat digambarkan sebagai perasaan atau keadaan emosional karyawan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan yang mana para karyawan memandang dari sudut pandang pekerjaan mereka yang nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan pekerjaannya sebagai suatu keadaan emosional karyawan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap berupa keadaan emosional yang ditunjukkan karyawan antara nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.
Adapun variabel-variabel yang menentukan kepuasan kerja yaitu, kerja yang secara mental menantang, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan sekerja yang mendukung yang membentuk suatu komitmen bersama. Katzel menyatakan bahwa karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang secara mental menantang. Pada kodisi tantangan yang sedang kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan (Cranny dan Stone, 1992: 66 dan Juliandi, 2003: 184).
Terdapat Tiga macam Teori Kepuasan menurut Wesley & Yulk (1997: 186) :
1)      Discrepancy Theory Teori ini dipelopori oleh Porter (1961: 117). Porter mengemukakan bahwa untuk mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
2)      Equity Theory Prinsip teori ini adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas sesuatu atau faktor penentu. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun ditempat lain (As’ad 1995: 125). Teori ini mengidentifikasikan elemen equity meliputi tiga hal, yaitu :
1)      Inputs : Segala sesuatu yang berharga dirasakan karyawan sebagai masukan terhadap pekerjaannya (misalnya ketrampilan dan pengalaman, dll).
2)      Outcomes : Segala sesuatu yang berharga yang dirasakan sebagai hasil dari pekerjaannya (misalnya gaji, insentif, dll).
3)      Comparisons Persona : Perbadingan antara input dan outcomes yang diperolehnya.
3) Two Factor Theory Teori yang dikemukakan oleh Hezberg pada prinsipnya mengemukakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak meruapakan variabel yang continue (As’ad, 2003: 108). Berdasarkan hasil penelitian Hezberg membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu :
1) Kepuasan Intrinsik atau motivator, faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan yang terdiri dari : prestasi (achievement), pengakuan (recognition), pekerjaan itu sendiri (work it self ), tanggung jawab (responsibility) dan pengembangan potensi individu.
2) Kepuasan Ekstrinsik atau hygiene factors, yaitu faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, seperti : Kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (company policy and administration), supervision tehnical, upah (salary), hubungan antar pribadi (interpersonal relations), kondisi kerja (working condition) job security dan status.
Faktor Kepuasan Kerja
Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, atau gaji merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika perusahaan sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawan sudah puas. Kepuasan kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Menurut pendekatan teori Maslow tentang kebutuhan manusia, bila dilihat dari hierarki kebutuhan manusia, dapat disimpulkan bahwa kompensasi atau penghargaan yang diberikan kepada karyawan dalam bentuk material, dalam hal ini gaji merupakan kebutuhan manusia atau karyawan yang terendah.
Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menetukan kepuasan kerja ialah keragaman, kesulitan,jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, terdapat satu unsur yang dijumpai pada ciri-ciri intrinsik yaitu tantangan mental (Locke, 1976: 309). Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kesempatan maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, faktor intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas ( As’ad, 2003: 128).
Sementara itu menurut Burt, beberapa faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja (As’ad, 2003: 195) adalah :
1. Faktor hubungan antar karyawan :
a. Hubungan antara manajer dengan karyawan
b. Faktor fisik dan kondisi kerja
c. Hubungan sosial diantara karyawan
d. Sugesti dari teman sekerja
e. Emosi dan situasi kerja
2. Faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaannya, usia seseorang sewaktu bekerja, dan jenis kelamin.
3. Faktor luar, yaitu yang berhubungan dengan keadaan
CONTOH KASUS
Disebuah stasiun televisi, untuk membuat suatu acara televisi dimana pemimpinnya membagikan tugas secara merata kepada semua karyawannya baik yang dibidang kreatif, kameramen, peƱata acara, editor dll yang terlibat dalam pembuatan suatu acara semua diberikan tugas dengan porsi yang sama yang sesuai dengan bidangnya masing – masing sehingga semuanya tidak terdapat perasaan tidak adil antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain sehingga karyawan atau pekerja mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif, dapat saling bekerja sama dan menjaga hubungan baik antar karyawan sehingga dapat menghindari konflik antar karyawan demi untuk tujuan bersama agar acara atau program tv tersebut dapat berjalan dengan lancar dan disukai oleh penonton televisi dan apabila acara tersebut berhasil dan diterima oleh masyarakat maka pemimpin memberikan reward kepada karyawannya karena tugas yang diberikan kepada karyawannya dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga karyawan menjadi termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan lebih baik lagi.
Disamping itu pemimpin dapat memberikan suatu tantangan yang baru yang lebih fres kepada karyawannya, apabila karyawannya mampu memberikan ide – ide yang kreatif dalam membuat program – program tv yang berbeda dari stasiun televise lainnya maka pemimpin hendaknya memberikan sesuatu yang dapat membuat karyawan tersebut merasa dihargai sehingga akan semakin mengembangkan kemampuan karyawan dan tentunya akan menguntungkan juga bagi stasiun televisi tersebut. Disamping itu seperti pada acara – acara ulang tahun stasiun televisi tersebut para karyawan atau kru dilibatkan dalam acara dengan bernyanyi bersama diatas panggung, diliput, sehingga dapat mengurangi kejenuhan yang biasanya hanya terlibat dibelakang layar tetapi pada moment – moment tertentu mereka disertakan dan masuk dalam acara tersebut sehingga memberikan kesegaran baru bagi karyawan.
ANALISIS
Menurut saya dari contoh kasus diatas pemimpin telah membuat suatu pekerjaan menjadi adil dan menarik dengan caranya yang membagi tugas-tugas secara merata kepada seluruh karyawannya hingga tidak adanya rasa iri ataupun rasa berat hati mengerjakannya karena telah sesuai dengan pembagian yang merata dan reward kepada karyawannya karena tugas yang diberikan kepada karyawannya dapat berjalan sesuai yang diharapkan sehingga karyawan menjadi termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan lebih baik lagi, Selain itu karyawan juga merasa dihargai karena mereka juga ikut tampil dalam acara tersebut. Maka dapat disimpulkan dari contoh kasus diatas dengan adanya keadilan, Reward, dan sikap menghargai semua karyawan memiliki kepuasan kerja. Dapat dilihat dari cara mereka yang bisa menjalankan tugas dengan baik, kondusif, dan berjalan lancar. Selain itu mereka juga tetap mengembangkan ide-ide baru mereka.
SUMBER:
http://e-journal.uajy.ac.id/1576/3/2EM16332.pdf Sabtu, 07 Januari 2017 13.36 WIB