Kamis, 30 November 2017

SYSTEMS DEVELOPMENT

Tugas Softskill ke-3

NAMA ANGGOTA :
AGGO SATRIA PANDEGA            (10514435)
ANDINTA CANTINE PUTRI          (11514093)
DEANYSA BUGGY ASIH             (12514590)
ELFA INKABATURIA                    (13514486)

System dalam tahapan Zone of Proximal Development
A.    Investigasi
Mengetahui tingkat perkembangan pada anak sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri. Sistem ini digunakan saat anak ingin memecahkan masalahnya sendiri.
B.     Analisis
Sistem ini memiliki kelebihan yaitu anak akan menjadi lebih mandiri dan dapat memecahkan masalahnya sendiri, adapun keurangannya yaitu belum mampu seutuhnya membuat membuat keputusan yang tepat.
C.    Design
Cara menggunakaan sistem
1.      Tahapan pertama assistance from “more knowledgeable other” (capable peer or adult)
2.      Tahapan kedua assistance from self (prior knowledge and research)
3.      Tahapan ketiga Automatization (practice, trial-and-error)
4.      Tahan keempat De-automatization (provide explanation to other)
D.    Implementasi
1.      Tahapan pertama assistance from “more knowledgeable other” (capable peer or adult) implementasinya: misal anak mengetahui dari ibunya cara membuat susu.
2.      Tahapan kedua assistance from self (prior knowledge and research) implementasinya: anak jadi mengetahui cara-caranya bagaimana membuat susu.
3.      Tahapan ketiga Automatization (practice, trial-and-error) implementasinya: anak mencoba-coba membuat susu dengan bahan tambahan lainnya seperti mencampurnya dengan madu.
4.      Tahan keempat De-automatization (provide explanation to other) implementasinya: anak dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana caranya membuat susu.




Jumat, 27 Oktober 2017

PEMBUATAN SISTEM

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
TUGAS 2




DISUSUN OLEH:
1.      Aggo Satria Pandega                      (10514435)     
2.      Andinta Castine Putri                     (11514093)
3.      Deanysa Buggy Asih                      (12514590)
4.      Elfa Inkabaturia Ciptanti                (13514486)


Kelas               :  4PA18 

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017




SISTEM





Elements


Sistem
Input
Processing
Output
Goal
Mesin Kopi

Bubuk kopi, gula, air,
Masukan bubuk kopi, gula, air kemudian mesin akan memperosesnya sendiri
kopi
Minuman untuk bersantai
komputer
Keybord, mouse , CPU
Mengerjakan serangkaian pernyataan tes psikologis yaitu papikostick test
Hasil pemeriksaan psikologis
Untuk mengetahui individu di tempat kerja



DEFINISI SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
(Definisi)


Nama Anggota:
1.      Aggo Satria Pandega                      (10514435)     
2.      Andinta Castine Putri                     (11514093)
3.      Deanysa Buggy Asih                      (12514590)

4.      Elfa Inkabaturia Ciptanti                (13514486)

Kelas : 4PA18



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017







DEFINISI SISTEM INFORMASI

Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial (Sutabri, 2004). Menurut Yuliawan, Sunarto, Soebijono (2013) sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi.

DEFINISI PSIKOLOGI

Menurut Syahid dkk (2010) Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan dari jiwa itu. Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Syahid, 2010) psikologi adalah ilmu tentang aktivitas individu, baik motorik, kognitif maupun emosional.
KESIMPULAN (Definisi sistem informasi psikologi)
Jadi, sitem informasi psikologi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang ilmu pengetahuan tentang proses mental dan perilaku seseorang dalam aktivitas individu, baik motorik, kognitif maupun emosional.



SUMBER
Syahid, ahmad., dkk. (2010). Aplikasi psikologi pendidikan dalam pembelajaran, jurnal ilmu kependidikan dan keislaman. Vol.6, No.1.
Yuliawan, Yeremia., Sunarto, M.J. Dewiyani., Soebijono, Tony. (2013). Pengembangan sistem informasi. Jurnal sistem informasi. Vol.2, No.2.

Sutabri, Tata. (2012). Analisis Sistem Informasi. Andi: Yogyakarta.

Sabtu, 22 April 2017

Contoh kasus menggunakan Rational Emotive Therapy dengan teknik Behavioristik

Contoh kasus menggunakan Rational Emotive Therapy dengan teknik Behavioristik

Ada perempuan yang mau mengikuti ujian seleksi menjadi PNS. Ia takut, cemas akan ujiannya nanti, ia takut tidak lolos. Padahal ujian seleksinya masih 1 satu bulan lagi. Perempuan tersebut berpikir irasional. Konselor membantu klien agar klien sadar dan bisa berpikir rasional karena jika klien tetap berpikir irasional itu akan membuat klien tidak siap menghadapi ujian seleksi tersebut dan bisa berakibat pada konsentrasi saat mengerjakan soal ujian seleksi dan bisa berakibat buruk. Konselor membantu klien mengubah pikiran irasional menjadi rasional sehingga klien menyadari akan pikirannya itu, klien bisa berpikir rasional dengan belajar selama satu bulan itu dan menjadi siap menghadapi ujian. 

LOGOTERAPI, RATIONAL EMOTIVE THERAPY, TERAPI KELOMPOK, DAN TERAPI PERILAKU

KONSEP DASAR TENTANG KEPRIBADIAN, UNSUR-UNSUR, DAN TEKNIK MENGENAI LOGOTERAPI, RATIONAL EMOTIVE THERAPY, TERAPI KELOMPOK, DAN TERAPI PERILAKU

1.    Logoterapi (Frankl)
Konsep Dasar Pandangan Frankl tentang Perilaku / Kepribadian
Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnyakemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat  manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni:
1.      Kebebasan berkehendak (Freedom of Will). Dalam pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
·         Kebebasan yang bertanggungjawab
·         Kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi-kondisi tersebut
·         Kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
2.      Kehendak Hidup Bermakna (The Will to Meaning), Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Dalam psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi bahwa kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang bermakna, maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.
3.      Makna Hidup (The Meaning Of Life), Makna yaitu suatu hal yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang penting secara umum bukan makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada suatu saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).
Unsur-unsur Terapi
1.      Munculnya Gangguan
a.      Neurosis somatogenik, yaitu gangguan perasaan yang berkaitan dengan ragawi
b.      Neurosis psikogenik, yaitu gangguan perasaan yang berasal dari hambatan-hambatan psikis
c.       Neurosis noogenik, yaitu gangguan neurosis yang disebabkan tidak terpenuhinya hasrat untuk hidup bermakna
2.      Tujuan Terapi, Tujuan utama logoterapi adalah meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Hal ini diperoleh dengan jalan menyadari dan memahami serta merealisasikan berbagai potensi sumber daya kerohanian yang dimiliki setiap orang yang sejauh ini mungkin terhambat dan terabaikan. Selain itu, logoterapi juga bertujuan untuk menolong pasien menemukan tujuan dan maksud dalam hidupnya dengan memperlihatkan bernilainya tanggung jawab dan tugas-tugas tertentu. 
3.      Peran Terapis
a.       Terapis harus menunjukkan kepada klien bahwa setiap manusia mempunyai tujuan yang unik yang dapat tercapai dengan suatu cara tertentu.
b.      Terapis berusaha membuat klien menyadari secara penuh tanggung jawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, kepada apa, atau kepada siapa dia harus bertanggung jawab.
c.       Terapis tidak tergoda untuk menghakimi klien-kliennya, karena dia tidak pernah membiarkan seorang klien melemparkan tanggung jawab kepada terapis untuk menghakiminya.
Teknik-teknik Terapi
Dalam logoterapi, klien diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup tidak lagi kosong jika sudah menemukan sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita. Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
1.      Intensi paradoksal, Mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
2.      De-refleksi, Frankl percaya sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terfokus pada individu. Dengan mengalihkan perhatian dari individu dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan tanpa memperdulikan kepuasan individu atau cobalah tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan.
2.    Rational Emotive Therapy (Ellis)
Konsep dasar pandangan Ellis tentang perilaku / kepribadian
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu
1.      Antecedent event (A), Merupakan segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
2.      Belief  (B), Berupa keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan ada dua macam, yaitu:
a.       Keyakinan yang rasional (rational belief atau rB), Merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.
b.      Keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB), Keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
3.      Emotional consequence (C), Merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Unsur-unsur terapi
1.      Munculnya masalah/gangguan, Dalam pendekatan konseling rasional emotif, tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional. Adapun ciri-ciri berpikir irasional adalah :
·         Tidak dapat dibuktikan
·         Menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu
·         Menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
2.      Tujuan terapi, Tujuan terapi ini menurut Ellis, membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih “realistik” yang berarti menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. Sedangkan menurut Mohammad Surya sebagai berikut:
·         Memperbaiki dan mengubah segala perilaku dan pola fikir yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan lebih logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
·         Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
·         Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.
3.      Peran terapis, Membantu klien mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Teknik-teknik terapi
Dalam terapi ini menggunakan berbagi teknik yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Teknik-tekniknya sebagai berikut :
Teknik emotif (afektif), Teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan ialah:
1.      Teknik Assertive Training, Untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
2.      Teknik sosiodrama, Untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan.
3.      Teknik self modeling atau diri sebagai model, Untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
4.      Teknik imitas, Digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik behavioristik, Banyak menggunakan teknik behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien, dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak logis, beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1.      Teknik reinforcement / penguatan, Untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
2.      Teknik social modeling/ penguatan modeling, Untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
3.      Teknik live models/ model dari kehidupan nyata
Untuk menggambarkan perilaku tertentu.
Teknik-teknik kognitif, Teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien antara lain:
1.      Home work assigments (pemberian tugas rumah), Untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
2.      Teknik Assertive, Untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
3.      Bibliotherapy, Untuk membalikkan pola pikir irasional dan ketidaklogisan dalam diri klien yang menyebabkan permasalahan lewat buku-buku. Terapismemilih buku-buku bacaan yang sekiranya dapat membantu konseli dalam mengubah pola pikir irasional menjadi rasional.
4.      Tahap Pengajaran, Dalam REBT, terapis mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan terapis untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
5.      Tahap Persuasif, Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena pandangan yang dikemukakan tidak benar. Dan terapis juga meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
6.      Tahap Konfrontasi, Terapis mengubah ketidak logikaan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logika.
3.    Terapi Kelompok (Group Therapy)
Konsep dasar pandangan terapi kelompok tentang kepribadian
Terapi kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem yang berbeda-beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani suatu pemecahan masalah.
Unsur-unsur terapi
a.       Munculnya gangguan, Terapi kelompok digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapi individu.
b.      Tujuan terapi
·         Meningkatkan identitas diri
·         Menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
·         Meningkatkan keterampilan hubungan sosial
·         Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
c.       Peran terapis, Terapis harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untuk mencapai tujuan atau harapannya.
Teknik-teknik terapi
a.       Melibatkan para anggotanya untuk terbuka dan aktif
b.      Terapis turut membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang dialaminya.
c.       Berfokus pada satu topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.
4.    Terapi Perilaku
Konsep dasar tentang Kepribadian
Berbagai istilah dan konsep yang muncul dalam penyajian teori Rogers mengenai kepribadian dan perilaku yang sering memiliki arti yang unik dan khas dalam orientasi sebagai berikut :
a)      Pengalaman, Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.
b)      Realitas, Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.
c)      Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh. Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.
d)     Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency).
Ini adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.
e)      Frame Internal Referensi, Ini adalah bidang persepsi individu.
Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.
f)       Konsep Diri.
Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.
g)      Symbolization.
Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.
h)      Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri.
Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.
i)        Organismic Valuing Process.
Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesi
j)        The Fully Functioning Person.
Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.
Unsur-Unsur Terapi
1. Peran Terapis, Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
2. Tujuan Terapis, Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.



SUMBER