A.
Ciri – Ciri Anak Berbakat
Secara
umum anak berbakat diartikan sebagai anak yang memiliki tingkatan IQ tinggi dan
memiliki keterampilan tertentu. Menurut definisi yang dikemukakan Joseph
Renzulli (1978), anak berbakat memiliki pengertian, “Anak berbakat merupakan
satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri
dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen
yang tinggi terhadap tugas dan kreativitas yang tinggi.
1.
High Potential Ability (Kecerdasan Tinggi)
Standard yang ditetapkan untuk anak berbakat oleh Diknas tahun 2003 adalah 140
. Kalau hasil tes menunjukkan IQ anak mencapai 140 ke atas, maka anak itu
otomatis disebut gifted child. Tetapi kemudian muncul pembagian tertentu untuk
anak berbakat dilihat dari IQnya. Keberbakatan ringan (IQ 115 – 129),
keberbakatan sedang (IQ 130 – 144), keberbakatan tinggi (IQ 145 ke atas).
2.
Task Commitment adalah sejauh mana tanggung
jawab dalam meyelesaikan tugas. Tidak hanya tugas dari sekolah tapi juga tugas
di rumah. Task commitment dapat diukur melalui tes tertentu yang hanya boleh
dilakukan oleh psikolog. Task commitment ini mencakup tanggung jawab, motivasi,
keuletan, kepercayaan diri, memiliki tujuan yang jelas sebelum melakukan
sesuatu dan kemandirian.
3.
Kreativitas bisa diartikan sebagai kemampuan
untuk menciptakan hal-hal baru atau kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi
baru dari yang sudah ada. Kreativitas dapat dinilai dari 4 hal, produk,
pribadi, proses dan pencetus / penghambat.
Suatu
produk dikatakan kreatif kalau produk itu baru, berbeda dari yang sudah ada,
lebih baik dari yang lain dan tentu saja berguna. Sifat pribadi kreatif yang
lain adalah terbuka pada hal-hal baru, punya rasa ingin tau yang besar, ulet,
mandiri, berani mengambil resiko, berani tampil beda, percaya diri dan humoris.
Anak
berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga
sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak
yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan
pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program
pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian
lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di
atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang
anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan
dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
- Karakteristik Anak
Berbakat Istimewa (GIFTED CHILD)
Anak-anak
berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang
membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa
domain penting, seperti domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi,
domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi
sosial. Beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada
anak berbakat istimewa pada masing-masing domain diatas. Namun demikian perlu
dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan
atau memiliki semua karakteristik yang disebutkan di dalam daftar ini.
- Karakteristik
Intelektual-Kognitif
1. Menunjukkan
atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak
berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan
kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu
menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan
mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan
masalah.
6. Menunjukkan
daya imajinasi yang luar bisaa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat
kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
8. Bisaanya
fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau
pelajaran yang diberikan.
10. Memiliki
daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11. Mampu
menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains
12. Memiliki
kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang
lain.
14. Memikirkan
sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau
persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang
lainnya
- Karakteristik Persepsi/Emosi
1. Sangat
peka perasaannya.
2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang
tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa
terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
3. Sangat
perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang
tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
4. Memiliki
perasaan yang dalam atas sesuatu.
5. Peka
dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
6. Pada
umumnya introvert.
7. Memandang
suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
8. Sangat
terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
9. Alaminya
memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain
- Karakteristik
Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
1.
Menuntut kesempurnaan dalam melakukan
sesuatu (perfectionistic).
2.
Memiliki dan menetapkan standar yang sangat
tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
3.
Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran
yang sangat tinggi.
4.
Sangat mandiri, sering merasa tidak
perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar
untuk melakukan sesuatu (self driven).
5.
Selalu berusaha mencari kebenaran,
mempertanyakan dogma, mencari makna hidup
6.
Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai
filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
7.
Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko.
8.
Sangat peduli dengan moralitas dan
nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
B.
Implikasi Dalam Pembelajaran (Teori
Barbe & Renzulli)
Implikasi
bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai
berikut:
1. Guru
perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi
oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
2. Guru
perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
3. Guru
hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang
unggul dari kemampuan-kemampuan anak
4. Guru memberikan tantangan daripada tekanan
5. Guru
tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih
proses belajar.
6. Guru
lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian harus menyediakan beberapa
alternatif strategi belajar
7. Guru
hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga
diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam
menentukan pendapat dan keputusan.
Peran
Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak.
Orang
tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak
atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada
beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan
membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya
adalah:
1.
Anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan
seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan
anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
2.
Sempatkan diri untuk mendengarkan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaannya
3.
Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk
memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan
memaksakan minat-minat tertentu.
4.
Berilah kesempatan jika anak ingin
mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
5.
Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat
Pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga
dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak
berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat
dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
C.
Kurikulum Berdiferensi untuk Anak
Berbakat
Ø Pengertian
Kurikulum Berdiferensiasi
Istilah
diferensiasi dalam pengertian kurikulum menunjuk pada kurikulum yang tidak
berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat
tertentu. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction) adalah
kurikulum pembelajaran yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak.
Walaupun model pengajaran ini memperhatikan atau berorientasi pada
perbedaan-perbedaan individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus
berdasarkan prinsip satu orang guru dengan satu orang murid. Berbeda dengan
kurikulum reguler yang berlaku bagi semua siswa, kurikulum berdiferensiasi
bertujuan untuk menampung pendidikan berbagai kelompok belajar, termasuk
kelompok siswa berbakat. Melalui program khusus, siswa berbakat akan memperoleh
pengayaan dari materi pelajaran, proses belajar dan produk belajar.
Ø Karakteristik
Umum Kurikulum Berdiferensiasi
Pengajaran
berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
a.
Pengajaran berfokus pada konsep dan
prinsip pokok materi pelajaran.
Dalam proses
pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok
materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsep-konsep pokok
bahan ajar. Siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan
menggunakan ide- ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para
siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.
b.
Evaluasi kesiapan dan perkembangan
belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan
perkembangan belajar siswa harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar
keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan.
Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu, tidak
semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses
pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan
minat siswa dengan memberikan dukungan bila siswa membutuhkan interaksi dan
bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama bagi mereka yang
sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.
c.
Ada pengelompokan siswa secara
fleksibel.
Dalam pengajaran
berdiferen-siasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti
belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan maupun belajar dalam kelompok.
Oleh karena itu, pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebas-an untuk
memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat
bagi mereka yang mampu,
sedangkan bagi mereka
yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk
strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
d.
Siswa menjadi penjelajah aktif (active
explorer).
Prinsip belajar yang
relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn ). Artinya,
dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa
harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini
bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah di biasakan untuk
berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa
tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna.
Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut, karena beragam kegiatan dapat
terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing
dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi. (Mukti dan Sayekti,
2003:37)