Jumat, 18 November 2016

JOB ENRICHMENT

JOB ENRICHMENT
1.      Pengertian Job Enrichment
Menurut saya, Job enrichment adalah peningkatan pekerjaan yang memiliki keahlian khusu yang mungkin sebelumnya belum ada sebagai kegiatan atau tindakan untuk menjadikan suatu pekerjaan lebih beragam dan menambah tanggung jawab dengan cara meningkatkan pula Sumber Daya Manusia (pekerja) dalam hal pendidikan, pengetahuan, dan keahlian seorang pekerja.

2.      Langkah-langkah dalam redesign pekerjaan untuk Job Enrichment
A.    Meningkatkan keberagaman suatu produk atau jasa.
B.     Meningkatkan Sumber Daya Manusia (pekerja) dalam hal pendidikan, pengetahuan, dan keahliannya.
C.     Menempatkan pekerja kembali di posisi yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang telah pekerja lakukan.

3.      Perkembangan-perkembangan dalam Job Enrichment
A.    Produk atau jasa semakin beragam
B.     Sumber Daya Manusia semakin lebih baik
C.     Penjualan produk atau jasa semakin meningkat

4.      Berikan contoh langkah-langkah dalam redesign pekerjaan

Contoh: Misalkan suatu perusahaan ingin mengangkat seorang pekerjanya sebagai manager, namun karena pendidikannya hanya sampai S1 dan sedangkan untuk menempati posisi manager tingkat pendidikannya minimal S2 maka perusahaan tersebut mengembangkan pekerjanya tersebut untuk melanjutkan S2 dan untuk mendapatkan pelatihan khusus sebagi Manager.

Jumat, 04 November 2016

TEORI MOTIVASI

TEORI MOTIVASI
1.      Jelaskan mengenai teori motivasi Reinforcement (penguatan) & jelaskan implikasi praktis dari teori penguatan dalam perilaku organisasi
Jawab:  Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimuli yang mendukung (rewarding). Implikasi praktis dari teori penguatan positif dalam perilaku organisasi adalah pada saat karyawan mengajukan pertanyaan pada saat rapat. Penguatan yang kedua adalah penguatan negatif. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang mengikat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Implikasi praktis dari teori penguatan negatif dalam perilaku organisasi adalah pada saat karyawan menyerahkan tugas kantor tepat waktu.
2.      Jelaskan mengenai teori motivasi Harapan & jelaskan implikasi praktis dari teori Harapan dalam perilaku organisasi
Jawab: Teori pengharapan yang dikembangkan oleh Vroom menyatakan bahwa penghargaan yang dihasilkan oleh usaha dalam suatu aktivitas tertentu akan membawa hasil yang diinginkan yang menentukan motivasi kerja. Implikasi praktis dari teori Harapan dalam perilaku organisasi adalah pada saat karyawan telah lembur kerja selama tiga hari-hari berturut-turut kemudian menginnginkana waktu libur dua hari kemudian karena karyawan tersebut telah melakukan lembur selama tiga hari berturut-turut maka kantor memberikannya libur.
3.      Jelaskan mengenai teori motivasi Tujuan & jelaskan implikasi praktis dari teori Tujuan dalam perilaku organisasi
Jawab: Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni, tujuan-tujuan mengarahkan perhatian, tujuan-tujuan mengatur upaya, tujuan-tujuan meningkatkan persistensi dan tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Teori ini juga mengungkapkan kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai, kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat dan makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku. Implikasi praktis dari teori penetapan tujuan dalm perilaku organisasi adalah pada saat pencalonan untuk menempati jabatan tertinggi dalam suatu organisasi, calon-calon tersebut harus mengemukakan visi dan misinya agar anggota memilihnya.
4.      Jelaskan mengenai teori motivasi Hirarki Kebutuhan & jelaskan implikasi praktis dari teori Hirarki Kebutuhan dalam perilaku organisasi
Jawab: Menurut Abraham Maslow, kunci dari segala aktivitas manusia adalahkeinginannya untuk memuaskan kebutuhan yang selalu muncul dan mucul. Dalam teori hierarki kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis jenjang vertikal, yaitu sebagai berikut:
1.      Kebutuhan fisiologis, kebutuhan yang paling mendasar seperti sandang, pangan, papan, bernapas, buang air besar, buang air kecil, dan lain-lain.
2.      Kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan ini muncul dan memainkan peranan dalam bentuk mencari tempat perlindungan.
3.      Kebutuhan sosial, ketika kita ingin memiliki persahabatan, menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan kebutuhan cinta dari lawan jenis.
4.      Kebutuhan penghargaan atau pengakuan, pada level keempat ini Maslow membedakannya menjadi dua, yaitu:
a.       Tipe bawah: kebutuhan akan penghargaan dari oranglain, status, perhatian, reputasi, kebanggan diri, kemasyuhuran,
b.      Tipe atas: penghargaan oleh diri sendiri, seperti kebebasan, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan khusus.
5.      Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minat.
Implikasi dati teori hierarki kebutuhan dalam perilaku organisasi adalah seseorang yang bekerja pada suatu lembaga atau kantor ia bekerja agar bisa memenuhi kebutuhannya, baik secara fisiologis untuk memenuhi kebutuhan primernya. Kebutuhan secara keselamatan dan keamanan yang ia asuransikan, kebutuhan sosial yang ia dapat dilingkup kerjanya, kebutuhan penghargaan dari atasan, teman-teman ataupun dari dirinya sendiri, dan kebutuhan aktualisasi diri untuk menentukan mana yang ia suka atau ia inginkan.
SUMBER:

Nasrudin, E. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia

Sabtu, 22 Oktober 2016

KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

MAKALAH KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN


Nama Anggota :
Deanysa Buggy Asih              (12514590)
Diah Ayu Romadhoni             (12514950)
Farah Fauzyah P                     (13514935)
Rd Achmad ErziRizal             (18514975)
Kelas : 2 PA 18


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA



BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu isu dalam perspektif manajemen yang cukup menarik untuk diperbincangkan dewasa ini adalah kepemimpinan. Media massa, baik elektronik maupun cetak, seringkali menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpin. Peran kepemimpinan yang sangat strategis untuk pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Sehingga dengan peran kepemimpinan yang optimal akan mampu membawa organisasi pada pencapaian keberhasilan dari organisasi itu sendiri (Locke, EA, 1997).
Dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar terbentuk kerjasama didalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.





BAB II
PEMBAHASAN
KEPEMIMPINAN
Defini kepemimpinan menurut para ahli:
1.      Fiedler (1967), kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
2.      Pengertian Kepemimpinan Menurut Rauch dan Behling (1984:46):Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.
3.      Pengertian Kepemimpinan Menurut Jacobs dan Jacques (1990:281):Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif, dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
Terdapat tiga hal utama seperti dikemukakan oleh Locke (1997) berkenaan dengan kepemimpinan, yaitu :
1.      Kepemimpinan menyangkut „orang lain‟, bawahan atau pengikut, kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin. Jika tidak ada pengikut, maka tidak akan ada pula pemimpin. Tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan seorang atasan akan menjadi tidak relevan. Terkandung makna bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan menjalin relasi dengan pengikut mereka.
2.      Kepemimpinan merupakan suatu „proses‟. Agar bisa memimpin, pemimpin mesti melakukan sesuatu, kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu posisi otoritas. Kendatipun posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, tetapi sekedar menduduki posisi itu tidak memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin.
3.      Kepemimpinan harus “membujuk‟ orang-orang lain untuk mengambil tindakan.  Pemimpin membujuk para pengikutnya lewat berbagai cara seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi.
Keith Davis (dalam Kartini Kartono,1994) merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan efektifitas kepemimpinan yaitu :
1.      Kecerdasan, hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin.
2.      Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
3.      Motivasi diri dan dorongan berprestasi, para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusaha mendapatkan penghargaan yang intrinsik dibandingkan dengan ekstrinsik.
4.      Sikap dan hubungan kemanusiaan, pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kekuatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Dari gaya ini dapat diambil manfaatnya untuk dipergunakan sebagai pemimpin dalam memimpin bawahan atau para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pemimpin pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan. Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan dalam tugas setiap bawahannya.
Dalam teori pendekatan situasional, kepemimpinan yang efektif adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mengetahui keadaan baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di pimpinnya untuk kemudian pemimpin dapat menentukan perintah atau sikap terhadap anak buah sesuai dengan keadaan atau pun kemampuan anak buahnya (Thoha, 2001). Selanjutnya gaya kepemimpinan situasional dibagi menjadi:
1.      Gaya menyampaikan informasi (telling), dimana seorang pemimpin memberitahukan pada bawahan mengenai apa, bagaimana, bilamana dan dimana kegiatan pekerjaan ini dilaksanakan.
2.      Gaya membimbing (selling), dimana seorang pemimpin berperilaku menjual artinya pekerjaan telah dirumuskan dengan tegas dan hubungan pemimpin dengan bawahan bersifat intensif. Pemimpin memberi petunjuk-petunjuk pelaksanaan sehingga mendukung semangat kerja para bawahan. Dengan demikian penyelesaian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
3.      Gaya peran serta (participating), dimana seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya hanya dengan mengajak bawahan berperan sebagai fasilitator untuk memperlancar tugas para bawahan antara lain dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi yang ada secara efektif.
4.      Gaya pendelegasian (delegating), dimana seorang pemimpin membatasi diri dalam hal ini memberikan pengarahan dan menyerahkan pelaksanaan pekerjaan kepada para bawahan tanpa banyak campur tangan.
tipe dan gaya kepemimpinan, ada empat gaya kepemimpinan menurut Endin Nasrudin yakni:
1.      Tipe otoriter
Tipe otoriter adalah gaya pimpinan yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
2.      Tipe Laissez-faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas kecil yang para bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesain masalah yang dihadapi.
3.      Tipe Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahannya.
4.      Tipe Pseudo-demokratis
Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah pada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.

Sedangkan menurut Siagian (2002) terdapat lima tipe kepemimpinan, yaitu:
1. Tipe pemimpin yang otokratik 
·         Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang:
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
·         Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
·         Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata
·         Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
·         Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
·         Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)
2. Tipe pemimpin yang militeristik 
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
  • Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan
  • Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan jabatan
  • Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
  • Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
 3. Tipe pemimpin yang paternalistik 
Gaya kepemimpinan dengan tipe ini memiliki sifat: 
·         Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa
·         Bersikap terlalu melindungi
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif
·         Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi 
·         Sering bersikap mau tahu

4. Tipe pemimpin yang kharismatik 
Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang positif. 
5.      Tipe pemimpin yang demokratik 
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena: 
·         Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan
·         Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha mencapai tujuan
·         Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya
·         Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

KEKUASAAN
Definisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan
menurut John Brench dan Bertram Raven (dalam Noviyanto, 2008), yaitu :
1) Kekuasaan menghargai
2) Kekuasaan memaksa (coercive power)
3) Kekuasaan sah (legitimate power)
4) Kekuasaan keahlian (expert power)
5) Kekuasaan rujukan (referent power)
Pandangan kekuasaan dengan wajah negatif mengartikan kekuasaan sebagai mempunyai kekuasaan atas diri orang lain yang kurang beruntung dan menganggap orang sebagai tidak lebih dari poin untuk digunakan atau dikorbankan kalau ada kebutuhan untuk itu. Pandangan ini akan menyebabkan kegagalan bagi pengguna kekuasaan, karena orang yang dijadikan pion cenderung akan menentang wewenang atau menerima dengan sangat pasif. Apapun yang terjadi nilainya bagi manajer amat terbatas.
Wajah positif kekuasaan yang paling baik dicirikan dengan perhatian untuk struktur kelompok. Manajer akan mendorong anggota kelompok untuk mengembangkan kekuatan dan kompetensi yang diperlukan untuk menjadi sukses sebagai individu dan sebagai anggota dari organisasi. Kekuasaan adalah fakta penting dari kehidupan organisasi. Manajer tidak hanya harus menerima dan memahaminya sebagai bagian dari pekerjaan , tetapi harus juga belajar cara menggunakannya tanpa menyalahgunakannya untuk mencapai sasaran sendiri dan organisasi.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Jadi, kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Gaya kepmimpinan secara umum terbagi menjadi 4, yaitu:
1.      Tipe otoriter
Tipe otoriter adalah gaya pimpinan yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
2.      Tipe Laissez-faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas kecil yang para bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesain masalah yang dihadapi.
3.      Tipe Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahannya.
4.      Tipe Pseudo-demokratis
Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah pada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.
Sedangkan, kekuasaan adalah Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven (dalam Noviyanto, 2008), yaitu :
1.      Kekuasaan menghargai
2.      Kekuasaan memaksa (coercive power)
3.      Kekuasaan sah (legitimate power)
4.      Kekuasaan keahlian (expert power)
5.      Kekuasaan rujukan (referent power)




DAFTAR PUSTAKA
Nasrudin, E. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia.

Mukeri. (2013). Kepemimpinan dan kekuasaan suatu tinjauan perilaku organisasi. Psikologi         industri dan organisasi. Vol. 11 No.25

Jumat, 21 Oktober 2016

Analisis Gaya Kepemimpinan

Sebelum menganalisis lebih lanjut lebih baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tipe dan gaya kepemimpinan, ada empat gaya kepemimpinan menurut Endin Nasrudin yakni:
1.      Tipe otoriter
Tipe otoriter adalah gaya pimpinan yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
2.      Tipe Laissez-faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas kecil yang para bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesain masalah yang dihadapi.
3.      Tipe Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahannya.
4.      Tipe Pseudo-demokratis
Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah pada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.

Sedangkan menurut Siagian (2002) terdapat lima tipe kepemimpinan, yaitu:
1. Tipe pemimpin yang otokratik 
·        Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang:
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
·        Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
·        Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata
·        Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
·        Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya
·        Dalam tindaknya penggeraknya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum)
2. Tipe pemimpin yang militeristik 
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang pemimpin yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
  • Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan
  • Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan jabatan
  • Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
  • Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
 3. Tipe pemimpin yang paternalistik 
Gaya kepemimpinan dengan tipe ini memiliki sifat: 
·        Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa
·        Bersikap terlalu melindungi
·        Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
·        Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif
·        Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasi 
·        Sering bersikap mau tahu

4.      Tipe pemimpin yang kharismatik 
Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian sangat diperlukan, akn tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang positif. 
5.      Tipe pemimpin yang demokratik 
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena:

·        Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan
·        Selalu berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha mencapai tujuan
·        Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya
·        Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

Analisis gaya kepemimpinan tokoh-tokoh dibawah ini sesuai dengan teori yang anda dapatkan:
A.     Soekarno
B.     Soeharto
C.     Susilo Bambang Yudhoyono
D.     Joko Widodo

A.     Soekarno
Menurut saya Soekarno termasuk kedalam tipe kepemimpinan tipe kharismatik dan tipe demokratik, karena bisa dilihat pada masanya karismanya ia bisa membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Beliau juga semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan bangsanya.
B.     Soeharto
Menurut saya gaya kepemimpinan Soeharto adalah gaya kepemimpinan otoriter, karena dilihat dari tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana tentara memiliki peran dominan di dalamnya. Kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.
C.     Susilo Bambang Yudhoyono
Menurut saya gaya kepemimpinan SBY termasuk dalam gaya kepemimpinan Demokratis, SBY sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun. Beliau menghargai perbedaan pendapat, tetapi selalu defensif terhadap kritik.

D.    Joko Widodo
Tipe kepemimpinan Jokowi termasuk dalam tipe kepemimpinan militer karena bisa dilihat pada saat Jokowi dengan tegas membatalkan penetapan Budi Gunawan sebagai kapolri karena diduga melakukan korupsi. Ditambah lagi, memberhentikan sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad karena diduga terlibat kriminal dan kini menjalani proses hukum. Dalam sistem politik yang demokratis, pemimpin yang tegas dan berani tidak identik dengan militer. Latar belakang militer tidak otomatis lebih berani, lebih tegas atau lebih nasionalis. Pemimpin kuat juga tidak  sama dengan pemimpin yang membuat kebijakan dan menerobos aturan. Dalam demokrasi di mana hukum dikedepankan, sikap tegas, berani dan konsisten justru bisa ditunjukkan dengan cara-cara yang lembut dan santun seperti Jokowi.

Sumber:
Nasrudin, E. 2010. Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia


Tampi, B.J. (2014). Pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.Bank Negara Indonesia, TBK. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi. Vol 3, hal 3-4.